Inilah Hukumnya Bagi Seseorang yang Berzina di Siang Hari Pada Bulan Ramadan


Inilah Hukumnya Bagi Seseorang yang Berzina di Siang Hari Pada Bulan Ramadan

Zina ialah salah satu dosa besar yang wajib untuk dihindari oleh setiap hamba. Banyak dalil dari Al Qur`an dan As Sunnah yang menunjukan perihal eksekusi bagi pelaku zina, baik berupa eksekusi di dunia maupun eksekusi di alam abadi kelak. Apabila seseorang  telah terjatuh ke dalamnya, maka beliau wajib untuk bertaubat darinya, meratapi perbuatannya, dan bertekad berpengaruh untuk tidak mengulanginya di waktu yang lain.

Seluruh dosa seberapapun besarnya dan seberapapun banyaknya, kalau seseorang memohon ampun kepada Tuhan ta’ala dan bertaubat bertaubat darinya maka Tuhan akan mengampuninya, sepanjang beliau tidak melaksanakan kesyirikan. Tuhan ta'ala berfirman:

“Sesungguhnya Tuhan tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” [QS An Nisa: 48].

Ayat di atas menunjukan bahwa segala dosa selain syirik maka Tuhan mengampuninya seberapapun besarnya. Dalam sebuah hadits dari Abu Dzarr radhiallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Itu ialah Jibril, beliau mendatangiku dan mengabarkan kepadaku bahwa barangsiapa di antara umatku yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Tuhan dengan sesuatupun maka beliau akan masuk surga.” Saya (Abu Dzarr) bertanya: “Meskipun beliau pernah berzina dan pernah mencuri?” Nabi menjawab: “Meskipun beliau pernah berzina dan pernah mencuri.” [HR Al Bukhari (6268) dan Muslim (94)]

Adapun yang berkaitan dengan aturan fiqihnya, orang yang berzina di siang hari bulan Ramadhan puasanya menjadi batal dan tetap menahan diri dari makan dan minum sampai terbenamnya matahari pada hari itu dan wajib untuk membayar kaffarah atas perbuatannya. Kafarahnya ialah membebaskan budak. Jika tidak ada atau tidak bisa maka berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak bisa maka memberi makan enam puluh orang miskin. Dalil atas hal ini ialah hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu riwayat Al Bukhari (1936) dan Muslim (1111). Kaffarah masalah zina di siang Ramadhan ialah dianggap sama dengan kaffarah masalah bersetubuh antara suami istri di siang Ramadhan.

Adapun berkaitan dengan duduk masalah mengqadha puasa, jumhur (mayoritas) ulama menyampaikan beliau wajib mengganti puasa hari itu di hari yang lain. Adapun Ibnu Hazm rahimahullah beropini tidak ada qadha atasnya, dan ini ialah pendapat yang rajih insya Allah. Alasannya ialah sebab beliau membatalkan puasanya secara sengaja tanpa ada uzur sakit atau safar (perjalanan jauh) sehingga tidak ada qadha atasnya sebagaimana yang dituntut oleh ayat 185 surat Al Baqarah:
“Barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu beliau berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain.”

Demikianlah sahabat perihal klarifikasi bagaimana hukumnya seseorang yang berzina di siang hari pada bulan Ramadan.